Catatan di Setiap Langkah

Arasy, di sana tempat metafor keagungan Allah bertahta, Di bawah takhta-Nya tergelar Lauhul Mahfuzh. Menyimpan rahasia ke mana nasib akan membawa kita semua. Karena takdir dan nasib termasuk dalam zat-Nya.

Allah telah menakdirkan orang-orang tertentu untuk memiliki hati yang baik agar dapat memberikan manfaat pada sekelilingnya. Dan di suatu siang yang cerah dulu ketika langkah akan kita mulai, sebuah ruang berbentuk persegi panjang menjadi saksi awal perjalanan kita semua. Dan agaknya dulu memang telah diatur jauh-jauh hari sebelum kita bermetamorfosis, telah tercatat di Lauhul Mahfuzh saat kita baru menginjakan kaki di kampus ini. berkarpetkan merah membentang seperti halnya suasana di istana menyambut tamu keagungan.

Siang itu, kita semua memakai jas biru sebagai simbol kesiapan dan keyakinan. Kursi kursi bangku kuliahan menyatu dengan LCD yang bergelantungan di atap kelas. Papan tulis putih yang tampak guratan-guratan hitam disebabkan tidak sempurnanya proses pengahapusan, dua gambar orang terhormat di negeri ini melemparkan senyum kepada kita sekalian. Entah senyum itu mengandung maksud apa, yang jelas mereka masih tetap tersenyum. Mungkin senyum kebahagiaan menyaksikan anak-anak muda mau memberikan waktunya guna memikirkan orang lain. Lalu persis di bawah gambar dua orang terhormat tadi perputaran waktu terus berjalan, detik tiap detik sampai pada akhirnya seluruh rangkaian peristiwa itu dimulai.

Lafadz itu telah terucap dari lisan kita, sebuah janji setia menjalankan tugas dan kewajiban selama satu periode. Di bawah keagungan kitab suci dan merah putih yang melambangkan kecintaan pada ibu pertiwi. Bait demi bait sampai pada penghujung puisi, semuanya mengalir. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prolog Naik Gunung

Kapal Ini Bersadar Juga