Prolog Naik Gunung

Baru bisa merasakan sesungguhnya rasanya jadi ketua. Ketua itu seperti halnya mendaki ke sebuah gunung. Saat puncak sudah digenggam, hamparan pemandangan tersaji didepan. Mata akan memandang lebih luas dari pada biasanya, lebih lebar dari biasanya. Semuanya akan terasa lebih jelas saat di puncak.

Namun gejolak jiwa tak bisa dipungkiri. Hanya hembusaan angin yang menerpa tanpa disambut keriuhan suasana. Sunyi, sendiri yang dirasakan. Olehnya tak selamanya pendaki itu berada di puncak. Adakalanya musti harus turun untuk kembali merasakan keramaian.


Mungkin itu yang bisa menggambarkan suasan hati, pandanganku dilatih untuk melihat lebih jauh, lebih lebar dari sebelumnya. Menghapus cara pandang kacamata kuda yang hanya fokus memandang kedepan. Sungguhnya memandang kesamping itu juga menarik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapal Ini Bersadar Juga