Menulis cerita

Memulai menuliskan cerita tentang perjalanan kehidupan yang kelak bisa kita kenang. Dalam menuliskan cerita kita butuh juga peran dari orang lain. Ya, banyak peran dan karakter yang beredar dalam kehidupan. Tentunya cerita yang ingin kita buat adalah cerita yang baik, maka pilihlah peran dan karakter yang baik pula.

Menulis cerita, disaat kita tidak dapat atau belum menemukan cara bagaimana memulainya, adalah suatu yang dapat kita pelajari dari orang lain. Catatan sejarah adalah pelajaran dan nasihat yang perlu kita catat sebagai bahan referensi dalam menuliskan cerita.


Ketika kita mendengar atau mengetahui tentang cerita orang lain yang begitu membanggakan, semangat kita akan tumbuh dan naik untuk bisa seperti itu. Kekaguman yang muncul adalah bentuk dorongan jiwa yang kemudian agar kita melakukan sebuah tindakan yang bisa mengantarkan pada keadaan orang yang bercerita bahkan melebihinya.

26 Januari 2015 : 22.05 WIB

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prolog Naik Gunung

Gambar
Baru bisa merasakan sesungguhnya rasanya jadi ketua. Ketua itu seperti halnya mendaki ke sebuah gunung. Saat puncak sudah digenggam, hamparan pemandangan tersaji didepan. Mata akan memandang lebih luas dari pada biasanya, lebih lebar dari biasanya. Semuanya akan terasa lebih jelas saat di puncak. Namun gejolak jiwa tak bisa dipungkiri. Hanya hembusaan angin yang menerpa tanpa disambut keriuhan suasana. Sunyi, sendiri yang dirasakan. Olehnya tak selamanya pendaki itu berada di puncak. Adakalanya musti harus turun untuk kembali merasakan keramaian. Mungkin itu yang bisa menggambarkan suasan hati, pandanganku dilatih untuk melihat lebih jauh, lebih lebar dari sebelumnya. Menghapus cara pandang kacamata kuda yang hanya fokus memandang kedepan. Sungguhnya memandang kesamping itu juga menarik.
Baca selengkapnya

Kapal Ini Bersadar Juga

Gambar
Bukan karena tak cinta, sesungguhnya karena alasan cinta inilah membuatku mempersilahkan HMPS membuat cerita baru dengan bahtera yang baru. Maret menjadi akhir dari sebuah cerita kepengurusan HMPS PBSI 2015-2016, satu periode dilalui bersama dengan segala dinamika yang mengikutinya. Musyawarah anggota mengantarkan kami menutup buku cerita itu.             “Rasanya baru kemarin saat mas Ardi memandu sumpah amanat mahasiswa PBSI 2015,” kata-kata pertamaku mengalir membuka laporan pertanggungjawaban.             “Rasanya baru kemarin saya mengenal 57 kawan di keluarga kabinet yang akan menemani perjalan satu periode dalam satu kapal yang sama,”             Entah kenapa, tak tahan rasanya untuk melanjutkan kata-kata. Hanya ada bayangan awal dulu. 20 Februari 2015 disinilah semua bermula, sebuah amanah yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Pikirku biarlah aku kosentrasi di Departemen Kerokhanian melanjutkan perjuangan dari apa yang sudah dilakukan sebelumnya. Aku menc
Baca selengkapnya