PURBALINGGA DAN PESONA BATU AKIK
Hamparan
alam Indonesia memang sungguh
mempesona,
kekayaan alamnya begitu luar biasa melimpah. Beragam jenis batu-batuan tersedia
di negeri ini.
Batu akik
merupakan contoh dari beragamnya batuan
itu. Batu akik (istilah lainnya adalah agate stone) atau yang sering disebut
sebagai batu bertuah, memiliki makna tersendiri bagi setiap orang. Batu akik adalah sebuah mineral yang mengalami
pengkristalan terbentuk dari proses geologi, jadi batu akik ini bisa ada dimana
saja di tempat pengkristalan terjadi. Pengkristalan ini membutuhkan waktu yang
sangat lama dan membentuk bongkahan berbentuk batu.
Kalau kita
jalan-jalan ke wilayah selatan provinsi jawa tengah. Kita akan menjumpai satu
kabupaten yang masuk dalam karesidenan banyumas. Kabupaten Purbalingga, tempat
bersejarah karena disanalah panglima besar Indonesia “Jendral Soedirman”
terlahirkan.
“Kebanyakn
orang yng mencari batu jenis akik adalah yang berwarna putih tembus.” Lamjutnya.
Dan
membuat sesuatu yang indah dan menarik membutuhkan waktu dan konsentrasi. Adalah bapak
Sodikin, perajin batu akik asal RT 01/RW 01 Desa wirasana Kecamatan Purbalingga, Purbalingga yang sudah puluhan tahun berkarya sebagai pengrajin cincin.
Mulai kapan sebenarnya Bapak
Sodikin menggeluti dunia ini?.
Kepada kami ia mengaku, sejak tahun 1980, namun sempat berhenti sebentar,
ketika beliau memutuskan untuk beralih menjadi tukang batu. Kemudian baru
memulai kembali lagi, setelah lebaran kemarin 2014.
“Butuh saru
jam membuat cincin sampai bagus” tuturnya. Setelah diproses dengan bantuan
mesin, kemudian batu akik diamplas dengan amplas kasar dan halus sampai
finishingm dan tergolong masih tradisonal dalam pembuatan cincin batu akik.
Biasanya beliau membeli tempat untuk batu akik yang kemudian dijadikan cincin
adalah dari cikarang, namun untuk minggu ini membeli dari jepara lewat toko
online.
“untuk sekarang cuma melayani orang-orang yang minta
dibuatkan” katanya. “dahulu saat masih muda hampir membuat sampai 150 buah
cincin batu akik yang kemudin diantar ke Jakarta” jelasnya.
Harga termahal dari cincin buatan beliau Rp.
500.000,-, dan harga termurah Rp. 50.000,-. Tapi seandainya pembeli membawa
batu sendiri, Hanya mengeluarkan uang sebesar Rp. 20.000-25.000,-.
Untuk mengapresiasi hasil karya cincin batu akik,
digelar Pameran
batu akik dan barang-barang antik di Gedung Kong Kwan Purbalingga selama empat hari (11-14 Desember 2014) dan itu benar-benar menarik
perhatian pengunjung. Dono Ta yang menjadi salah satu peserta pameran juga
mengatakan bahwa antusias pengunjung disini sangat banyak, saya saja sempat
kewalahan.
Pameran
yang menghadirkan kurang lebihnya 20 peserta dari berbagai daerah ini menjual batu
dengan jenis-jenis batu seperti giok aceh, kecubung, amber, pirus, dan masih
banyak lainnya. Batu-batu tersebut dibentuk tidak hanya dibentuk seperti cincin
dan kalung. Beberapa juga masih berbentuk utuh batu besar, namun ada juga yang
dibuat menjadi bentuk-bentuk hewan.
Pengunjung yang
datangpun dari berbagai profesi, seperti pedagang, tukang ojek, dan juga
pengusaha. Harga yang ditawarkanpun sangat beragam mulai dari Rp 1,5 Juta
sedangkan untuk bahan paling murah ada yang menjual dengan harga Rp 100.000
dari berbagai jenis batu. Kebanyakan peserta pameran yang ikut adalah hasil
dari batu akik klawing
Komentar
Posting Komentar