Kapal Ini Bersadar Juga
Bukan karena tak cinta, sesungguhnya
karena alasan cinta inilah membuatku mempersilahkan HMPS membuat cerita baru
dengan bahtera yang baru.
Maret menjadi akhir dari sebuah cerita
kepengurusan HMPS PBSI 2015-2016, satu periode dilalui bersama dengan segala
dinamika yang mengikutinya. Musyawarah anggota mengantarkan kami menutup buku
cerita itu.
“Rasanya
baru kemarin saat mas Ardi memandu sumpah amanat mahasiswa PBSI 2015,”
kata-kata pertamaku mengalir membuka laporan pertanggungjawaban.
“Rasanya
baru kemarin saya mengenal 57 kawan di keluarga kabinet yang akan menemani
perjalan satu periode dalam satu kapal yang sama,”
Entah
kenapa, tak tahan rasanya untuk melanjutkan kata-kata. Hanya ada bayangan awal
dulu. 20 Februari 2015 disinilah semua bermula, sebuah amanah yang tak pernah
aku bayangkan sebelumnya. Pikirku biarlah aku kosentrasi di Departemen
Kerokhanian melanjutkan perjuangan dari apa yang sudah dilakukan sebelumnya. Aku
mencoba menarik nafas pelan untuk melanjutkan sesi laporan pertanggungjawaban.
“Rasanya
baru kemarin kita memulai perjalanan ini,
Pelan-pelan aku menyelami amanah ini,
mungkin bulan maduku tak seindah yang diharapkan. Ya, seringkali realita tidak
sebandingan dengan ekspetasi. Aku sadar menjadi pemimpin bukan perkara mudah,
tapi bukan sebuah keluhan ketidakterimaan, keputusasaan, terlebih surut ke
belakang. Menjalani sebuah takdir dengan kelapangan dada dan mencoba memaknai
arti sebuah peristiwa, aku percaya ada sesuatu yang tengah Allah persiapkan
untuk-ku meskipun aku tak tahu apa sesuatu itu.
“Sejak awal dulu saya telah menyampaikan
ke kawan-kawan, saya bukanlah orang yang terbaik diantara kawan-kawan. Diantara
kawan-kawan ada yang begitu sibuk dengan kuliahnya, tugasnya, bahkan kegiatan
lainnya, namun kawan-kawan tidak pernah lupa dengan amanah. Diantara
kawan-kawan ada yang selalu tersenyum meski harus memikul beban berat.”
Ada sebuah alasan yang akhirnya membuatku
harus berkata seperti itu, bagaimanapun perjalanan ini membuatku bersyukur bahwa
aku dikaruniai patner perjuangan yang istimewa. Orang-orang yang rela membagi
waktunya untuk memikirkan orang lain, disaat yang lain menghabiskan waktu akhir
pekan bersama keluarga di rumah, kita malah bersusah payah menyelesaikan
program kerja. Bahkan yang membuatku terharu, mungkin kawan-kawan bisa saja
menolak ketika dulu aku menawarkan untuk terlibat di HMPS. Inilah alasanku
untuk bersabar di jalan ini, menerima kondisi. Karena aku sadar bahwa satu tahun
berarti mengarungi samudera lepas, permasalahan layaknya badai pasti ada,
karena jalan ini bukanlah jalan yang mudah dilewati. Sebuah peristiwa terkadang
membuat kapal ini terhuyung kesana kemari, kerusakan pasti terjadi. Semangat di
awal membumbung tinggi, ditengah jalan kian menjauhi.
“Pertemuan dan perpisahan adalah
keniscayaan, satu tahun kepengurusan jadi momen yang mempertemukan keduannya. Teruntuk
rekan-rekan pengurus terimakasih atas segala pengorbanannya.”
Masalah demi masalah menghampiri, sampai
terkadang tidur-pun tak nyenyak memikirkan jalan yang tepat. Bulan bahasa salah
satunya, ditengah persiapan yang tidak begitu baik kami mencoba untuk tetap
bertahan, berusaha memperjuangan apa yang musti kami perjuangkan. Kami semua
mencoba tegar, tersenyum meski harus dipaksakan. Masa-masa yang penuh
ketegangan “super-strong” membuat tubuh harus adaptasi dengan keadaan meskipun
pada akhirnya ada yang jatuh sakit. Di awal malam 22 November 2015, langit
masih meneteskan hujan seakan ikut terharu dengan apa yang telah kami perbuat.
Dalam sebuah bangunan kami duduk melingkar, kebahagiaan melampaui kelelahan.
Perjuangan beberapa bulan menjadi episode yang tidak akan pernah kami lewatkan.
“Serta kepada Keluarga Besar Mahasiswa PBSI
yang telah turut menjadi bagian dan ikut mewarnai perjalanan kami. Terima kasih
sudah titip percaya pada Himadiksatria 2015 #Abhinaya Suwanwati.”
Sebuah
akhir prolog pembuka laporan pertanggungjawaban sore itu, keberhasilan ada
penunjangnya dan salah satu penunjang itu adalah keluarga besar mahasiswa PBSI.
Perlahan aku kembali ke tempat duduk, 2015 adalah tahun yang sangat penuh
dengan pengalaman baru, dan juga bertemu dengan orang-orang hebat baru. akhir
dari periode kepengurusan Himadiksatria 2015 tetapi juga awal kehidupan setelah
berproses dan membersamai di HMPS. Kapal ini bersandar juga, satu persatu kami
turun dari geladak kapal. Rasanya campur-campur, dari mulai senang, sedih,
haru, dan bersyukur.
“Semoga, sekelumit cerita tahun 2015 mampu
menjadi penyungging senyum ketika kita menghadapi persoalan.” Ucapku lirih
nb: untuk semua yang pernah membersemai :)
ahmad sofia robbani
Komentar
Posting Komentar