Negeri, Surga Beriklim Trofis

Jangan pernah biarkan orang lain
menulis cerita kehidupan kita sendiri,
kitalah yang bertanggung jawab atas
diri kita untuk menulis jalan hidup
kita, untuk menulis sejarah hidup kita
sendiri.

Indonesia negeri yang elok rupa, terbentang dari sabang sampai merauke. Sebuah negeri yg oleh ahli geolog dan nuklir asal Brazil disebut sebagai Negeri Atlantik bahkan yang menarik Seorang Plato pun ikut mendeskripsikan negeri Atlantik merujuk  kepada Indonesia. Sebuah surga beriklim tropis, dengan sumber daya alam yg melimpah , keindahan alamnya yang tidak bisa dilukiskan dg kanvas bahkan oleh maesi davinci sekalipun. Raagam budaya, suku, bahasa dan etnis menjadi sebuah pelengkap akan negeri ini. Gambaran pas tentang sebuah taman yg Indah.

Sebuah negara yang kelak menjadi big brother bagi saudara-saudara muslim lainnya, yg lantang menyeruakan keadilan, besar kontribusinya untuk dunia. 
Dan kelak kita akan bertanya kepda PBB, apalagi yang kalian minta dari Indonesia.(bersambung)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prolog Naik Gunung

Gambar
Baru bisa merasakan sesungguhnya rasanya jadi ketua. Ketua itu seperti halnya mendaki ke sebuah gunung. Saat puncak sudah digenggam, hamparan pemandangan tersaji didepan. Mata akan memandang lebih luas dari pada biasanya, lebih lebar dari biasanya. Semuanya akan terasa lebih jelas saat di puncak. Namun gejolak jiwa tak bisa dipungkiri. Hanya hembusaan angin yang menerpa tanpa disambut keriuhan suasana. Sunyi, sendiri yang dirasakan. Olehnya tak selamanya pendaki itu berada di puncak. Adakalanya musti harus turun untuk kembali merasakan keramaian. Mungkin itu yang bisa menggambarkan suasan hati, pandanganku dilatih untuk melihat lebih jauh, lebih lebar dari sebelumnya. Menghapus cara pandang kacamata kuda yang hanya fokus memandang kedepan. Sungguhnya memandang kesamping itu juga menarik.
Baca selengkapnya

Kapal Ini Bersadar Juga

Gambar
Bukan karena tak cinta, sesungguhnya karena alasan cinta inilah membuatku mempersilahkan HMPS membuat cerita baru dengan bahtera yang baru. Maret menjadi akhir dari sebuah cerita kepengurusan HMPS PBSI 2015-2016, satu periode dilalui bersama dengan segala dinamika yang mengikutinya. Musyawarah anggota mengantarkan kami menutup buku cerita itu.             “Rasanya baru kemarin saat mas Ardi memandu sumpah amanat mahasiswa PBSI 2015,” kata-kata pertamaku mengalir membuka laporan pertanggungjawaban.             “Rasanya baru kemarin saya mengenal 57 kawan di keluarga kabinet yang akan menemani perjalan satu periode dalam satu kapal yang sama,”             Entah kenapa, tak tahan rasanya untuk melanjutkan kata-kata. Hanya ada bayangan awal dulu. 20 Februari 2015 disinilah semua bermula, sebuah amanah yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Pikirku biarlah aku kosentrasi di Departemen Kerokhanian melanjutkan perjuangan dari apa yang sudah dilakukan sebelumnya. Aku menc
Baca selengkapnya